Jumat, 22 Juli 2011

Dulu ada jalur Kereta Api Takalar - Makassar

Pasar Butung Dahulu..
Stasiun kereta api Pasar Butung'
Kereta api jurusan Pasar butung - Kota takalar



Susunan geologis Sulawesi yang sering ‘bergoyang’ tidak memungkinkan dibangunnya rel kereta. Apa benar demikian, tanya saya dalam hati. Namun, kenyataannya di awal abad ke-20, di Sulawesi pernah ada rel kereta. Hal ini diberitahukan oleh mevrouw Hukom, salah seorang pengajar senior konsentrasi bahasa Belanda di Universitas Hasannudin.

Pada awal abad ke-20 pernah dibangun jalur kereta api dari Makassar yang rencananya sampai Menado. Adalah Firma de Groot, salah satu perusahaan kontraktor yang memenangkan tender membangun pelabuhan di Makassar pada tahun 1912. Sebelum bekerja tentunya telah diadakan uji kelayakan, mulai dari cara kerja, sistem keuangan, serta mempersiapkan peralatan berat. Semua itu menghasilkan semacam buku panduan. Dalam buku panduan itulah ada sebuah judul ‘Waar Ocean en Rail elkaar ontmoeten’ (dimana laut dan rel bertemu). Salah satunya adalah rencana membangun rel Makassar-Menado.

Pembangunan rel kereta api di Makassar terganggu setelah meletus Perang Dunia I. Padahal sebuah stasiun kecil ke arah utara, kira-kira ke arah Pare-Pare dan rel kereta api sudah dibangun,. Rel itu kelak akan dipergunakan oleh gerbong-gerbong yang mengangkut barang-barang dari pelabuhan Makassar. Beberapa lokomotif pun akan diangkut secara khusus dengan kapal KPM dari Jawa.

Ketika rel yang dibangun itu sampai di desa Takalar tahun 1920-1922, ‘hantu’ malaise mulai menyerang. Gubernur Jenderal Hindia Belanda saat itu, D. Fock melihat biaya pembangunan rel kereta di Sulawesi cukup tinggi. Maka rencana meneruskan pembangunan rel kereta sampai Menado terpaksa dipetieskan. Apalagi melihat bahwa penggunaan vrachtauto (truk) untuk mengangkut barang lebih vlug, veilig, goedkoop (cepat, aman, murah).

Jalur kereta Makassar-Takalar tampaknya seperti hidup segan mati tak mau. Namun, Takalar-Express dibawah pimpinan seorang insinyur Staatsspoor (SS) tetap setia bertugas dengan jam-jam yang pasti sesuai jadwal. Terkadang terlihat rangkaian gerbong barang dengan gerbong penumpang yang kosong. Tapi itu cerita lain.

Menurut cerita pada tahun 1927, kereta memang berangkat tepat pukul enam, tapi kenyataannya kereta berangkat pukul enam lebih banyak. Kalau ada orang yang mengkritik keterlambatan itu, maka sang insinyur dengan tenang menjawab: “Anda keliru tuan, kami memang berangkat selalu tepat waktu sesuai dengan jam di stasiun. Tapi sayangnya, jam di stasiun selalu terlambat.” katanya sambil menunjuk ke arah jam di stasiun. Lalu sang insinyur menawarkan untuk kongkow dulu di warung sambil menikmati kopi tubruk menunggu dimuatnya barang-barang di gerbong dan tanda berangkat. Takalar Express memang kereta pagi yang berangkat ‘tetep poekoel anam pagi menoeroet boekoe-dienst’. Ah, Takalar, tak kelar!

2 komentar:

  1. baru tw kalau dulu ada jalur kereta api di takalar. smoga saja nanti benar ada.
    takalar bisa tonji

    BalasHapus
  2. dpat referensi dri mna bro .??
    btuh soalnya ..

    BalasHapus