terus jalan2 ke layar putih (yang pake baju biru itulah saya)
Tampilkan postingan dengan label Makassar. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Makassar. Tampilkan semua postingan
Senin, 05 September 2011
Jumat, 22 Juli 2011
Dulu ada jalur Kereta Api Takalar - Makassar
Pasar Butung Dahulu..
Stasiun kereta api Pasar Butung'
Kereta api jurusan Pasar butung - Kota takalar
Susunan geologis Sulawesi yang sering ‘bergoyang’ tidak memungkinkan dibangunnya rel kereta. Apa benar demikian, tanya saya dalam hati. Namun, kenyataannya di awal abad ke-20, di Sulawesi pernah ada rel kereta. Hal ini diberitahukan oleh mevrouw Hukom, salah seorang pengajar senior konsentrasi bahasa Belanda di Universitas Hasannudin.
Pada awal abad ke-20 pernah dibangun jalur kereta api dari Makassar yang rencananya sampai Menado. Adalah Firma de Groot, salah satu perusahaan kontraktor yang memenangkan tender membangun pelabuhan di Makassar pada tahun 1912. Sebelum bekerja tentunya telah diadakan uji kelayakan, mulai dari cara kerja, sistem keuangan, serta mempersiapkan peralatan berat. Semua itu menghasilkan semacam buku panduan. Dalam buku panduan itulah ada sebuah judul ‘Waar Ocean en Rail elkaar ontmoeten’ (dimana laut dan rel bertemu). Salah satunya adalah rencana membangun rel Makassar-Menado.
Pembangunan rel kereta api di Makassar terganggu setelah meletus Perang Dunia I. Padahal sebuah stasiun kecil ke arah utara, kira-kira ke arah Pare-Pare dan rel kereta api sudah dibangun,. Rel itu kelak akan dipergunakan oleh gerbong-gerbong yang mengangkut barang-barang dari pelabuhan Makassar. Beberapa lokomotif pun akan diangkut secara khusus dengan kapal KPM dari Jawa.
Ketika rel yang dibangun itu sampai di desa Takalar tahun 1920-1922, ‘hantu’ malaise mulai menyerang. Gubernur Jenderal Hindia Belanda saat itu, D. Fock melihat biaya pembangunan rel kereta di Sulawesi cukup tinggi. Maka rencana meneruskan pembangunan rel kereta sampai Menado terpaksa dipetieskan. Apalagi melihat bahwa penggunaan vrachtauto (truk) untuk mengangkut barang lebih vlug, veilig, goedkoop (cepat, aman, murah).
Jalur kereta Makassar-Takalar tampaknya seperti hidup segan mati tak mau. Namun, Takalar-Express dibawah pimpinan seorang insinyur Staatsspoor (SS) tetap setia bertugas dengan jam-jam yang pasti sesuai jadwal. Terkadang terlihat rangkaian gerbong barang dengan gerbong penumpang yang kosong. Tapi itu cerita lain.
Menurut cerita pada tahun 1927, kereta memang berangkat tepat pukul enam, tapi kenyataannya kereta berangkat pukul enam lebih banyak. Kalau ada orang yang mengkritik keterlambatan itu, maka sang insinyur dengan tenang menjawab: “Anda keliru tuan, kami memang berangkat selalu tepat waktu sesuai dengan jam di stasiun. Tapi sayangnya, jam di stasiun selalu terlambat.” katanya sambil menunjuk ke arah jam di stasiun. Lalu sang insinyur menawarkan untuk kongkow dulu di warung sambil menikmati kopi tubruk menunggu dimuatnya barang-barang di gerbong dan tanda berangkat. Takalar Express memang kereta pagi yang berangkat ‘tetep poekoel anam pagi menoeroet boekoe-dienst’. Ah, Takalar, tak kelar!
Restoran Angin Mamiri di Chicago
Sejak 2008, sebuah restoran Indonesia berdiri di Chicago, Amerika Serikat. Namanya Angin Mamiri. Pemiliknya Muhammad Luthfi dan istrinya, suami-istri yang memang sering ikut kontes memasak di Amerika. Bagi warga Indonesia yang tinggal di Chicago dan sekitar negara bagian Illinois, restoran ini sangat spesial karena menjadi yang pertama dan satu-satunya.
Di restoran ini disajikan beragam jenis masakan Indonesia dari pelbagai daerah. Sesuai jargonnya: Indonesian Cuisine. Masakan Indonesia seperti coto Makassar, pempek Palembang, nasi goreng, jalangkote, kerupuk udang, lumpia, martabak telor, siomay Bandung, tahu isi, tempe goreng, bakso, soto ayam, mie goreng, gado-gado, ketoprak Jakarta, dan lainnya, dapat dinikmati di restoran ini.
Restoran ini juga memberi layanan antar ke rumah-rumah melalui telepon dan informasi di internet lewat situs: www.anginmamirichicago.com.[]
Monumen Lapris
Monumen Lapris merupakan sebuah monumen yang terletak di Takalar, Sulawesi Selatan Indonesia. Monumen ini merupakan tugu peringatan terbentuknya LAPRIS singkatan dari Laskar Pemberontak Rakyat Sulawesi yang terbentuk pada tahun 17 juli 1946, sebuah organisasi laskar pejuang untuk melawan invasi penjajahan Belanda dan Jepang.
Monumen Lapris yang dibangun untuk mengenang jasa para pahlawan dari tanah Takalar ini menyimpan kisah kepahlawanan perjuangan rakyat Takalar dan menjadi satu daya wisata yang asyik untuk ditelusuri.
Berlokasi pada dataran tinggi Desa Bulukunyi, Kec. Polongbangkeng Selatan, udaranya sejuk, dengan suasana yang agak beraroma mistis. Pesona alam dan hamparan lereng pegunungan di kawasan ini membentang rapi dengan suasana alam yang asri.
Monumen ini berjarak 12 km dari kota Takalar dan 50 km dari Kota Makassar. Menjadi peninggalan Laskar Pemberontak Rakyat Sulawesi (LAPRIS) pada tahun 1940-an, pada jaman ini seorang putra daerah muncul dengan semangat pejuangan untuk memimpin laskar melawan penjajah bernama Ranggong Dg Romo (1915 – 1946).
Ranggong Dg Romo adalah seorang aktivis pejuang yang membentuk organisasi yang dikenal dengan nama Gerakan Muda Bajeng (GMB). Organisasi ini kemudian menjadi laskar perjuangan untuk melawan invasi militer jepang.
GMB adalah bagian dari terbentuknya laskar gabungan sulawesi dengan 19 organisasi perjuangan tersebar diseluruh daerah dan dikenal dengan nama Laskar Pemberontak Rakyat Sulawesi atau LAPRIS. Ranggong Dg Romo diangkat sebagai panglima LAPRIS dan memimpin hampir 100 orang prajurit pilihan.
Selasa, 19 Juli 2011
Wisata Bahari Kota Makassar
Hamparan pulau-pulau karang yang berada disebelah barat jazirah Sulawesi Selatan, membentang selatan-utara, mulai Kabupaten Takalar di Selatan hingga pulau-pulau Kab. Pangkajene Kepulauan (Pangkep) di Utara, dikenal sebagai dangkalan Spermonde (Spermonde Shelf), dengan jumlah pulau ± 120 pulau dan duabelas diantaranya merupakan bagian wilayah Kota Makassar.
Secara umum daya tarik kepulauan Spermonde adalah kondisi pulau yang sebagian besar masih asri, perairan yang jernih, hamparan pasir putih, dan pada sore hari dapat menikmati sunset sepanjang tahun, pemandangan bawah laut (terumbu karang dan berbagai jenis ikan karang), beberapa lokasi kapal tenggelam (wreck), menyaksikan gerombolan burung camar yang berburu ikan, serta kehidupan nelayan tradisional yang dapat dijumpai setiap hari.
Pulau-pulau yang menjadi tujuan utama wisatawan adalah Pulau Kayangan, Pulau Samalona, Pulau Kodingareng Keke, dan Pulau Lanjukang. Telah tersedia fasilitas resort permanen di Pulau Kayangan, sedangkan pada Pulau Kodingareng Keke hanya tersedia Resort Non Permanen, penduduk di Pulau Samalona menyediakan rumahnya sebagai resort, sedangkan pada Pulau Lanjukang sudah memiliki fasilitas resort. Sementara pulau-pulau lainnya menjadi pendukung kegiatan wisata pulau, karena memiliki daya tarik tersendiri yang tidak dijumpai seperti keadaan sosial budaya masyarakat itu sendiri, seperti Apparoro (upacara penurunan kapal di P. Barrang Caddi).
Untuk menjangkau pulau-pulau Spermonde, khususnya yang termasuk dalam wilayah Pemerintahan Kota Makassar, telah tersedia 3 dermaga penyeberangan yang saling berdekatan, yaitu : dermaga Kayu Bangkoa, dermaga wisata Pulau Kayangan dan dermaga milik POPSA (Persatuan Olahraga Perahu motor dan Ski Air) Makassar. Belum semua pulau-pulau kecil di Kota Makassar memiliki angkutan reguler dengan jadwal yang tetap. Pulau-pulau yang memiliki transportasi reguler, adalah P. Barrang Lompo, P. Barrang Caddi, Kodingareng Lompo, P. Lae-Lae dan P. Kayangan.
PULAU LANJUKANG
Pulau Lanjukang, atau disebut juga Pulau Lanyukang, atau Pulau Laccukang, merupakan pulau terluar yang berjarak 40 km dari kota Makassar, termasuk Kelurahan Barrang Caddi, Kecamatan Ujung Tanah. Untuk menuju pulau ini dari kota Makassar, belum ada transportasi reguler, namun bagi wisatawan dapat menggunakan perahu carteran (sekoci) dengan mesin 40 PK untuk 10 penumpang dengan biaya sewa Rp. 1.OOO.OOO,- (pulang-pergi)
Bentuk pulau ini memanjang baratdaya - timurlaut, dengan luas mencapai lebih 6 ha, dengan rataan terumbu yang mengelilingi seluas 11 ha. Pada timur merupakan daerah yang terbuka dan terdapat dataran yang menjorok keluar (spit). Sedangkan di sisl barat bagian tengah, terdapat mercusuar. Vegetasi di pulau ini cukup padat, dengan sebaran pohon merata, didominasi oleh pohon pinus dan pohon kelapa serta pohon pisang dibagian tengah pulau.
Sarana umum yang tersedia masih relatif sangat terbatas. Fasilitas pendidikan dan kesehatan belum tersedia. Instalasi listrik dengan 2 buah generator hanya beroperasi antara pukul 17.30 - 21 .00 Wita. Terdapat sebuah sumur air payau di bagian tengah pulau untuk kebutuhan sehari-hari. Kita juga dapat menjumpai 2 buah warung kecil dengan barang dagangan yang sangat terbatas. Selain itu terdapat sebuah mushallah semi permanen. Pemukiman penduduk terkonsentrasi di sisi utara pulau yang relatif lebih aman pada musim timur dan barat.
Pulau ini belum dilengkapi dengan fasilitas dermaga kapal. Disisi bagian barat, pada surut terendah terdapat rataan terumbu karang yang mencapai jarak 1 km dan pada jarak 2 km terdapat daerah yang mempunyai kedalam yang curam hingga lebih 100 m. Wilayah perairan disisi selatan, timur, dan utara pulau ini merupakan alur pelayaran kapal.
Fasilitas resort sudah tersedia berupa 2 buah bangunan rumah batu semi permanen sebagai guest house bagi wisatawan ke pulau ini. Walaupun fasilitas sangat terbatas, bagi mereka yang menyenangi suasana alami, pulau ini ini salah satu tempat yang ideal bagi mereka yang ingin melakukan camping atau sekedar berjemur di pantai pasir putih yang indah dan bersih, atau bagi mereka yang gemar bersnorkling disekitar perairan pulau ini, panorama taman laut dan keanekaragaman biotanya dengan laut yang bersih menjadi daya tarik tersendiri.
Kondisi terumbu karang di sekitar pulau umumnya masih baik dan sangat menarik untuk kegiatan snorkling. Kita dapat menjumpai berbagai jenis spesies karang, karang lunak, ikan karang, dan ikan hias, serta biota lautnya. Umumnya, pulau ini dimanfaatkan oleh wisatawan pemancing sebagai tempat transit, sebelum meneruskan ke perairan Pulau Taka Bakang dan Pulau Marsende (wilayah perairan Kabupaten Pangkajene Kepulauan) untuk kegiatan "sport fishing".
PULAU LANGKAI
Pulau Langkai berjarak 36 km dari kota Makassar, merupakan salah satu dari tiga pulau terluar Makassar dan termasuk Kelurahan Barrang Caddi, Kecamatan Ujung Tanah. Posisi pulau ini berada 5,5 km di selatan Lanjukang, dan luas mencapai lebih dari 27 ha., dengan rataan terumbu yang mengelilingi seluas 142 ha.
Sebuah dermaga perahu tendapat di sebelah utara pulau ini. Belum tersedia transportasi rejuler untuk menuju pulau ini, dapat menggunakan perahu carteran (sekoci) dengan biaya sebesar Rp. 750.000.,- (pergi-pulang). Pulau ini cukup padat penduduknya, dengan jumlah mencapai 430 jiwa (127 KK), berasal dari suku Bugis (Maros, Pangkep) sebanyak 80%. dan 20% sisanya dibagi merata dari suku Mandar, suku Makassar (Takalar, Makassar, Gowa). Mata pencaharian utama penduduk Pulau Langkai adalah sebagai nelayan pancing 55%, nelayan dengan menggupakan pukat/jaring 31%, dan sebagai pengrajin perahu 5%, serta sebagian kecil sebagai pedagang/kelontong, guru dan Pegawai Negeri.
Untuk mendukung kebutuhan listrik penduduk pulau ini, tersedia instalasi listrik dengan 2 buah generator yang beroperasi antara pukul 17.30 - 21.00 Wita. Fasilltas sanitasi dan kebersihan di pulau ini agak terbatas, sedangkan fasilitas kesehatan, tersedla puskesmas pembantu (pustu) dengan bangunan permanen terdiri atas 3 ruangan. Pustu ini dllayani oleh seorang mantri yang berasal dari deerah itu juga, Secara periodik dokter Puskesmas Pattingalloang, Ujung Tanah Makassar sebagai induk pustu ini mengunjungi pulau ini. Sarana pendidikan berupa sekolah Dasar sudah permanen, sejumlah siswanya berasal dari pulau-pulau sekitarnya. Fasilitas transportasi reguler ke pulau ini belum tersedla.
Peralran Timur pulau ini merupakan alur pelayaran kapal dari dan ke Dermaga Soekano-Hatta Makassar, dengan kedalaman besar dari 30 m, dibeberapa tempat dijumpai kedalaman kurang dari 10 m. Pada perairan barat, dengan jarak kurang darl 2 km dari dataran terumbu, kita dapat menjumpai perubahan kedalaman yang drastis mencapai lebih dari 200m. Ditempat ini banyak diminati oleh wisataman pemancing untuk menjalankan aktifitasnya.
Kondisi terumbu karang yang masih baik di sekitar pulau sangat terbatas, namun demikian, ikan kerapu dan napoleon masih umum dijumpai di sekitar pulau ini. Kita juga dapat menjumpai ikan Kaneke, udang mutiara, ikan cakalang, tinumbu, bambangang, hiu, lamuru, cepa (kuwe), sunu, kerapu dan ikan terbang. Pulau ini dapat dijadikan sebagai salah satu obyek wisata bahari alternatif untuk melihat kehidupan sehari-hari nelayan pancing, termasuk cara pengrajin perahu membangun dan merawat perahunya.
PULAU LUMU-LUMU

Pulau Lumu-lumu berjarak 28 km dari kota Makassar, termasuk Kelurahan Barrang Caddi, Kecamatan Ujung Tanah. Posisi pulau ini berada di sebelah timur P. Lanjukang, dan merupakan pulau terdekat dari tiga pulau terluar Makassar. Untuk menuju pulau ini, belum tersedia transportasi reguler, hanya tersedia perahu carteran (sekoci) 40 PK dengan biaya Rp. 600.000,- (pergi-pulang).Pulau ini berbentuk bulat, memanjang barat laut-tenggara. Sebaran terumbu karang yang mengelilingi pulau ini dengan kedalaman kurang dari 1 m, dan sebagian besar berubah menjadi daratan pada kondisi surut minimum. Perairan sebelah timur dan utara, merupakan alur pelayaran dengan kedalaman besar 30m, sedangkan perairan sebelah selatan sekitar 2 km dari pulau merupakan daerah gosong dengan kedalaman 5 m, kedalaman perairan antara gosong dan perairan sebelah barat P. Lumu-lumu hingga mencapai besar dari 30 m.
Walaupun luas pulau ini hanya 3,75 ha, atau hampir setengah dari luas P. Lanjukang, namun jumlah penduduknya mencapai 984 jiwa atau 30 kali dari P. Lanjukang. Pulau ini merupakan pulau terpadat penduduknya dengan tingkat kepadatan 262 jiwa setiap ha dan tersebar merata di seluruh pulau. Tidak banyak pohon dijumpai di pulau ini. Pohon yang terdapat di pulau ini: pohon kelapa, pohon kayu cina yang menempati sisi utara, barat dan selatan.
Jumlah masyarakat sejahteranya mencapai 90%, dengan mata pencarian utamanya sebagian nelayan, yang hanya menangkap ikan yang memiliki nilai jual tinggi seperti ikan sunu (grouper) dan ikan karang lainnya. Tingkat kesejahteraan masyarakat pulau ini juga tercermin dari peralatan tangkap yang digunakan sudah lebih maju dibanding nelayan tradisional, dengan menggunakan jaring insang (gill net).
Sebuah dermaga kayu terletak pada sisi timur untuk menunjang aktifitas keluar masuknya perahu. Terdapat sebuah masjid permanen, sebuah Sekolah Dasar dan sebuah puskesmas pembantu dengan satu orang suster, pos yandu 1 buah dan dukun beranak sebanyak 2 orang. Banyak dijumpai sumur dengan air payau dan hanya digunakan untuk kebutuhan mencuci dan mandi, sementara rumah penduduk belum banyak dilengkapi dengan jamban. Instalasi listrik dari PLN dengan 2 buah generator yang beroperasi antara pukul 18.00 - 22.00 Wita, dan tersedia fasilitas telekomunikasi.
Biota yang terdapat di pesisir pulau, adalah: padang lamun, rumput laut, kepiting, keong laut, cacing pasir, teripang, sedangkan diperairan sekitar pulau.terdapat beberapa jenis ikan, karang lunak, karang keras, dan padang lamun.
PULAU BONETAMBUNG

Pulau ini berbentuk bulat, dengan luas 5 Ha, atau berjarak 18 km dari Makassar. Posisinya berada di sebelah timur P. Langkai. Perairan sebelah utara dan timur merupakan alur pelayaran pelabuhan, dengan kedalaman lebih dari 40 meter (± 900 meter dari pantai), perairan sebelah barat terdapat rataan terumbu karang, pada bagian luar sekitas 1 km terdapat kedalaman besar dari 20 m, dan pada sebelah baratdaya sekitar 1 km terdapat daerah yang sangat dangkal dengan kedalaman kurang dari 5 meter. Belum tersedia transporatasi reguler ke pulau ini, dapat menggunakan perahu carteran (sekoci) 40 PK dengan biaya sebesar Rp. 600.000,- (pergi-pulang).Pemukiman penduduk tersebar merata di pulau ini, dengan jumlah 481 jiwa. Vegetasi umum dijumpai adalah pohon kelapa. Beberapa kebiasaan yang sering dilakukan masyarakat, adalah upacara Lahir bathin yakni mensucikan diri sebelum masuk bulan Ramadhan, Upacara Songkabala yakni upacara untuk menolak bala yang akan datang, dan upacara Pa’rappo yakni upacara ritual yang dilaksanakan oleh para nelayan sebelum turun ke laut, serta upacara karangan yakni upacara ritual yang dilakukan oleh para nelayan ketika pulang melaut dengan memperoleh hasil yang berlimpah.
Kondisi ekonomi masyarakat relatif baik dimana mata pencaharian utamanya adalah sebagai nelayan (90%) khususnya nelayan ikan kerapu Untuk mendukung sarana transportasi laut dipulau ini, telah dibangun dermaga pada sisi selatan pulau, selain fasilitas dermaga, terdapat 1 buah sekolah dasar (SD) dan 1 buah Puskesamas pembantu dengan tenaga medis 1 orang mantri, 1 orang suster dan 1 orang dukun, sanitasi lingkungan di pulau ini belum tersedia.
Kita juga dapat menjumpai sebuah masjid hasil swadaya masyarakat dan fasilitas olahraga yakni lapangan bola dan volley. Sebuah instalasi lidtrik dengan generator yang beroperasi padad pukul 18.00 – 22.00 wita melengkapi fasilitasv di pulau ini. Kepiting, crustasea, molusca, cacing pasir, kerang-kerangan, bintang laut, bulu babi, beberapa jenis ikan, seperti ; cumi-cumi, baronang, papakulu (ayam-ayam), mairo (teri), katamba, dan banyar merupakan biota yang umumnya dijumpai diperairan pulau ini. Sejumlah terumbu karang telah rusak, namun masih dapat dijumpai panorama bawah laut yang masih asri untuk lokasi snorkling. Disamping itu, upacara ritual masyarakatnya dapat menjadi atraksi wisata budaya bagi wisatawan.
PULAU KODINGARENG LOMPO
Jumlah penduduk di pulau ini t 4170 jiwa, dengan mata pencaharian 90% sebagai nelayan, 9% pa'balong dan sisanya usaha lainnya. Alat tangkap yang dominan adalah pancing dan purse. Konsentrasi penyebaran penduduk merata, dengan jenis bangunan rumah panggung dan rumah batu. Pada sisi timur terdapat 2 buah dermaga yang berdekatan, yaitu : dermaga kayu buat kapal motor (regular) dan Speed Boat.
Fasilitas di pulau ini cukup maju dibandingkan dengan pulau- pulau lainnya. Instalasi listrik dengan generator yang beroperasi selama 12 jam. Terdapat 2 buah Sekolah Dasar, 1 buah taman kanak-kanak, sarana ibadah : 2 buah mesjid dan 2 buah musalla, dengan Fasilitas kesehatan berupa 1 buah posyandu bantu, juga terdapat pos obat desa (POD) melalui program NGO Plan Internasional dan terdapat 1 buah lapangan sepak bola. Perairan sebelah Timur, Utara dan Selatan memiliki kedalaman diatas 20 m pada jarak antara ± 0,2 mil sedangkan perairan disebelah Barat pada jarak ± 4,5 mil dari pantai mempunyai kedalaman 20 m.
Panorama bawah air yang asri masih dapat dijumpai di beberapa spot di wilayah perairan pulau ini. Sejumlah jenis biota yang dapat kita jumpai diperairan ini, adalah : bulubabi, ubur-ubur, kepiting, bintang laut, beberapa jenis ikan, seperti: beseng-beseng giru, leto-leto, cepa, belawas (sejenis baronang)
PULAU KODINGARENG KEKE

Pulau ini terletak disebelah utara P.Kodingareng Lompo, dan berjarak 14 km dari Makassar. Bentuk pulaunya memanjang timurlaut - baratdlaya, dengan luas ± 1 Ha. Pada sisi selatan pulau, pantainya tersusun oleh pecahan karang yang berukuran pasir hingga kerikilan, sedangkan pada sisi utara tersusun oleh pasir putih yang berukuran sedang-halus dan bentuknya berubah mengikuti musim barat dan timur. Tidak tersedia transportasi reguler menuju pulau ini, namun dapat menngunakan perahu motor carteran (sekoci), 40 PK dengan biaya Rp. 500.000,- (pergi-pulang)Tidak tercatat adanya penduduk di pulau ini, namun dalam 7 tahun terakhir ini terdapat beberapa bangunan peristirahatan semi permanen bagi wisatawan yang berkunjung ke pulau ini. Bangunan dikelola oleh seorang warga negara Belanda, dan telah menanam kembali beberapa pohon pinus. Pada sisi barat terdapat dataran penghalang yang terbentuk akibat proses sedimentasi yang tersusun atas material pecahan koral. Ada pasang terendah, terdapat dataran yang cukup luas dibagian barat pantai. Perairan sebelah baratlaut merupakan daerah yang cukup luas dengan kedalaman kecil dari 5 meter hingga mencapai 2,5 km dari garis pantai, sedangkan di perairan sebelah timur dan selatan merupakan alur pelayaran masuk dan keluar dari pelabuhan Samudera Makassar.
Tersedia fasilitas resort standar bagi wisatawan, dan perairan di sekitar pulau ini merupakan tempat yang ideal bagi mereka yang menyenangi snorkeling. Kondisi terumbu karangnya umumnya terjaga dengan baik, dengan ikan-ikan karangnya yang cantik membuat panorama bawah lautnya semakin asri. Bagi anda yang tidak menggemari snorkling/diving, dapat anda menikmati hamparan pasir putihnya.
PULAU BARRANG LOMPO

Pulau Barrang Lompo termasuk wilayah Kecamatan Ujung Tanah, dan berada di sebelah utara P. Barrang Caddi, dan berjarak 13 km dari Makassar. Pulaunya berbentuk bulat, dengn luas 19 Ha. Vegetasi yang umum tumbuh di pulau ini adalah pohon asam, pohon pisang dan pohon sukun, sedangkan pohon kelapa hanya dijumpai disisi timur dan barat pulau ini.Konsentrasi pemukiman penduduk berada pada sisi Timur, Selatan, dan Barat dengan jumlah penduduk mencapai 3.563 jiwa dari 800 KK. Mayoritas penduduknya bekerja sebagai nelayan, dilengkapi kurang lebih 50 kapal kayu motor dan sekoci. Kondisi ekonomi masyarakatnya relatif sejahtera.
Fasilitas umum di pulau ini cukup maju dibanding pulau lainnya, tersedia transportasi reguler dari dan ke Makassar dengan kapal motor, biayanya Rp. 6.000,- per orang sekali jalan, sanitasi yang cukup baik, fasilitas pendidikan : 1 buah Taman Kanak-kanak (TK), dan 2 buah Sekolah Dasar. Pulau ini dilengkapi juga dengan fasilitas kessehatan berupa 1 buah Puskesmas dan sebuah lagi puskesmas pembantu dengan tenaga medis yang terdiri dari 1 orang dokter, 1 orang perawat, 1 orang mantri, dan 1 orang bidan. Instalasi listrik dengan 2 generator yang berkapasitas 360 KVA yang beroperasi pada pukul 18.00 - 06.00 WITA. Jalan-jalan utama dibuat dari paving blok. Fasilitas air yang baik dan memiliki 2 buah dermaga (tradisional dan semi permanen), dan di pulau ini terdapat "Marine Field Stasiun Universitas Hasanuddin".
Tradisi masyarakat yang masih dijumpai di pulau ini adalah upacara Lahir Bathin yakni mensucikan diri sebelum masuk bulan Ramadhan, upacara Songkabala yakni upacara untuk menolak bala yang akan datang, upacara Pa'rappo yakni upacara ritual yang dilaksanakan oleh para nelayan sebelum turun ke laut, dan upacara Karangan yakni upacara ritual yang dilakukan oleh para nelayan ketika pulang melaut dengan memperoleh hasil yang berlimpah.
Selain makam-makam tua dari abad ke XIX yang terdapat di pulau ini sebagai obyek wisata budaya yang menarik dikunjungi, juga kios tempat pembuatan cindera mata dari kerang laut, berada tepat didepan dermaga utama. Pada beberapa spot di perairan pulau ini, kehidupan karang dan ikan karang umumnya masih baik, walaupun ada sebagian karangnya sudah ikut hancur akibat eksploitasi yang tidak ramah lingkungan.
PULAU BARRANG CADDI

Pulau ini terletak di sebelah timur P. Barranglompo, berbentuk memanjang timurlaut – baratdaya, dengan luas 4 ha. Berjarak 11 km dari Makassar dan termasuk pulau yang padat penduduknya, dengan jumlah 1263 jiwa. Mayoritas penduduknya bekerja sebagai nelayan tradisional, hal ini tercermin dari peralatan tangkap yang mereka gunakan masih sederhana, seperti bubu, pancing, rengge, dan lepa-lepa.Fasilitas umum yang tersedia berupa instalasi listrik, penyaringan air laut menjadi air tawar (bantuan jepang) dan sebuah dermaga di sisi barat pulau ini. Untuk kesehatan, dapat dijumpai 1 Puskesmas Pembantu dan 1 Posyandu dengan seorang tenaga kesehatan dan seeorang dukun terlatih, sedangkan untuk pendidikan, terdapat Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama. Tersedia sarana transportasi reguler dari Makassar dengan biaya Rp. 6.000 per orang sekali jalan. Kedalaman perairan disekitar pulau ini umumnya besar dari 25 meter, sehingga menjadi bagian dari alur pelayaran masuk-keluar Pelabuhan Soekarno-Hatta, Makassar.
Konsep zonasi sudah diterpkan pada pemanfaatan ruang laut di perairan pulau ini. Seperti pada perairan sisi baratnya, merupakan daerah perlindungan yang dibagi atas beberapa zona, antara lain zona yang paling dekat dengan pulau disebut zona inti dan yang kearah laut lepas merupakan zona penyangga yang dicanangkan sekitar bulan Desember 2003 lalu. Kegiatan ini juga, merupakan usaha perlindungan terhadap ekosistem terumbu karang disekitar pulau Barrang Caddi yang diinisiatif oleh forum kemitraan bahari Sulaweai Selatan.
Obyek wisata budaya yang menarik di pulau ini adalah mengunjungi tempat pembuatan perahu tradisional pada sisi barat pulau ini, ataukah hanya sekedar melihat kehidupan sehari-hari masyarakat P. Barrang Caddi. Kalau kita beruntung, maka kita dapat menjumpai upacara penurunan kapal (apparoro), atau upacara pembuatan rumah atau kegiatan mesyarakat duduk bersama untuk membicarakan suatu hal.
Pada beberapa spot, kehidupan kondisi terumbu karangnya dijumpai dalam kondisi baik, beberapa spesies karang dan ikan perairan bagian barat. Tempat ini juga menarik bagi mereka yang hanya sekedar untuk melakukan snorking, walaupun sebagian karangnya ikut hancur akibat eksploitasi yang tidak ramah lingkungan.
PULAU SAMALONA

Pulau Samalona, secara administratif termasuk Kecamatan Mariso, berjarak 7 km dari kota Makassar, selain terkenal dengan pantai pasir putihnya juga memiliki tempat pemancingan. Pulau ini relatif berbentuk bulat, luas lebih 2 ha, dengan jumlah penduduk mencapai 82 jiwa. Belum tersedia transportasi reguler ke pulau ini, namun demikian para wisatawan dapat menyewa kapal motor 40 PK dengan jumlah penumpang 10 orang, sebesar Rp. 300.000,- (pergi-pulang).
Konsentrasi penduduk merata di tengah pulau, dengan bangunan rumah panggung. Pulau ini cukup rindang dengan sejumlah pohon besar yang terdapat di pulau ini, seperti pohon cina, tammate, dan pohon kelapa sedangkan pada sisi baratlaut terdapat hamparan pasir putih yang cukup luas, oleh pengunjung dimanfaatkan sebagai tempat bermain pantai. Di pulau ini, dapat dijumpai juga sebuah kompleks makam tua yang dikeramatkan oleh masyarakat Samalona, letaknya di sisi Utara pulau.
Kondisi ekonoml masyarakat setempat bergantung dari sektor pariwisata yang berkunjung ke Pulau Samalona. Fasilitas Yang tersedia di Pulau ini berupa instalasi listrik dari PLN dengan 4 buah mesin Pembangkit listrik yang beroperasi antara pukul 18.00-22.00 Wita, dan bila hari libur hingga pukul 24.00 Wita. Di pulau ini terdapat pula satu buah mushallah yang merupakan bantuan dari wisatawan lokal. Terdapat sebuah sumur dengan kondisi air yang payau di bagian tengah pulau, beberapa rumah panggung milik penduduk yang disewakan, dilengkapi dengan MCK.
Perairan di sekitar pulau mencapai kedalaman diatas 10 m, pada sisi Barat Laut terdapat mercusuar, gosong terdekat berada pada perairan sisi Tenggara yaitu Taka Bako (± 2 km). Bagi mereka yang menyenangi kegiatan berenang, pantai Samalona merupakan salah tempat ideal, namun sejumlah spot snorkling dapat dijumpai di perairan bagian barat P. Samalona. Pulau ini, sehingga pulau ini menjadi salah satu tempat yang paling digemari oleh masyarakat kota Makassar untuk sekadar menikmati putih atau berenang.
PULAU LAE-LAE

Pulau ini berhadapan langsung dengan pantai Losari, berjarak 2 km depan pantai Makassar, dengan luas 11 ha. Secara administrasi, Pulau Lae-Lae termasuk Kecamatan Biringkanaya. Pulau ini berbentuk persegi empat dan terdapat bangunan penghalang gelombang yang memanjang relative Utara – Selatan pada sisi barat pulau. Konsentrasi penduduk merata, dengan jenis bangunan rumah panggung dan rumah batu. Dibangun tanggul mengelilingi pulau, menyerupai bentuk segiempat, dan pada sisi selatan terdapat bangunan pemecah gelombang yang memanjang relative utara-selatan. Pada perang Dunia II, pulau ini difortifikasi oleh tentara Jepang sebagai pertahanan udara dan laut. Masyarakat mulai mendiami pulau Lae-lae pada tahun 1950-an. Penduduknya telah mencapai lebih 1500 jiwa, umumnya sebagai pelaut dan nelayan. Sejak ikan jenis kerapu menjadi komoditi ekspor yang bernilai tinggi, semakin banyak nelayan Lae-lae mengusahakan penangkaran kerapu untuk ekspor. Tersedia fasilitas transportasi reguer yang menghubungkan pulau ini dengan kota Makassar, dengan biaya Rp. 5.000 per orang sekali jalan.
Fasilitas umum yang dapat kita jumpai di pulau ini, sudah cukup memadai, seperti sebuah instalasi listrik dengan 2 buah generator yang beroperasi antara pukul 17.30-21.00 Wita, sebuah dermaga kayu, mesjid permanen, Sekolah dasar, Puskesmas dan Posyandu serta saluran sanitasi untuk sebagian pemukiman penduduk. Kebutuhan akan air bersih, masih disuplai dari kota Makassar, sedangkan untuk kebutuhan sehari mereka masih menggunakan air dari beberapa sumur di pulau ini.
Perairan sekitar Pulau Lae-Lae relatif dangkal, atau mempunyai kedalaman kurang dari 7.5 meter, kecuali pada bangunan Pemecah gelombang di sisi Timur Laut dengan kedalaman perairan hingga mencapai lebih 9 meter. Bagi mereka yang menyenangi untuk sekedar berjemur dan memancing untuk hiburan, Pulau ini sebagai salah satu tempat ideal untuk dikunjungi. Walaupun di pulau ini tidak tersedia resort, tetapi beberapa rumah penduduk menawarkan untuk dijadikan guest house.
PULAU LAE-LAE KECIL

Pulau ini dikenal dengan nama P. Gusung oleh masyarakat Makassar. Berjarak kurang dari 1,6 km dari kota Makassar, dengan luas 2 ha dan berbentuk memanjang utara-selatan. Posisi pulau ini berada diantara Pulau Lae-lae dan Pulau Kayangan. Sebelumnya pulau ini hanya merupakan sand barrier (pulau gosong) dan dibangun oleh Pengelola Pelabuhan Makassar sebagai pemecah gelombang, sekaligus melindungi kawasan Pelabuhan selama musim Barat (Desember-Maret). Pulau ini todak berpenghuni, dan tidak ada dijumpai pohon besar, kecuali rumput laut dan jenis tanaman perdu pantai lainnya. Pulau ini sekarang, telah berkembang menjadi salah datu tujuan lokasi wisata bahari bagi penduduk Makassar, seperti wisata pemancingan, atau tempat berenang atau sekedar tempat bersantai. Tersedia fasilitas ttransportasi reguler dengan biaya Rp. 7.500 per orang sekali jalan.
PULAU KAYANGAN

Pulau Kayangan merupakan pulau koral yang paling dekat dengan Makassar, berbentuk bulat, berpasir putih, tidak berpenghuni, dengan luas mencapai 2 ha, termasuk dalam wilayah Kelurahan Bulo Gading Kecamatan Ujung Pandang. Berjarak 800 m dari Pelabuhan Soekarno Hatta, dan waktu tempuh ±15 menit dari dermaga Kayangan, dilengkapi dengan pelabuhan penyeberangan yang khusus diperuntukan bagi wisatawan yang akan berlibur di pulau ini, dengan biaya transportasi Rp. 20.000 perorang pulang. Perahu penyeberangan tersedia setiap 20 menit ke pulau dan membawanya kembali ke Makassar. Pulau ini dibuka hingga pukul 24.00 Wita.Dulunya, pulau ini bernama Marrouw atau Meraux, dan dikelola sebagai resort dan tempat wisata bahari favorite sejak tahun 1964, Pulau ini juga mempunyai sistem keamanan 24 jam, didukung dengan fasilitas air tawar yang khusus didatangkan dari Kota Makassar. Pada tahun 2003 sempat ditutup, namun berselang beberapa bulan dibuka kembali. Saat ini, pulau kayangan telah direnovasi kembali dan dilengkapi sejumlah fasilitas tambahan agar memenuhi standar internasional.
Bagi masyarakat kota Makassar, pulau Kayangan sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat kota ini. Tersedia berbagai fasilitas di pulau ini, seperti tempat penginapan, pondokan, panggung hiburan, restoran, gedung serba guna, ruang pertemuan, tempat bermain bagi anak-anak, sarana olah raga, dan anjungan memancing serta kolam renang. Tempat ini merupakan salah satu alternatif utama bagi wisatawan yang ingin menikmati wisata bahari di Kota Makassar.
Senin, 30 Mei 2011
Makanan Khas Makassar
COTO MAKASSAR
Masakan khas daerah berupa sop berkuah dengan bahan-bahan dasar yang terdiri dari usus, hati, otak, daging sapi atau kuda, dimasak dengan bumbu sereh, laos, ketumbar, jintan, bawang merah, bawang putih, garam yang sudah dihaluskan, daun salam, jeruk nipis, dan kacang. Pada umumnya Coto Makassar disajikan/dimakan bersama ketupat.
Nikmati makanan ini disekitar jalan Gagak
SOP KONRO
Masakan khas daerah yang disajikan berupa sop berkuah maupun dibakar dengan bahan-bahan dasar seperti tulang rusuk sapi atau kerbau, dimasak/dibakar dengan bumbu ketumbar, jintan, sereh, kaloa, bawang merah, bawang putih, garam, vitsin yang sudah dihaluskan. Sop Konro pada umumnya disajikan/dimakan bersama nasi putih dan sambal.
Nikmati makanan ini disekitar Karebosi dan jalan Ratulangi
SOP SAUDARA
Masakan khas daerah yang berupa sop berkuah dengan bahan-bahan dasar seperti daging sapi/kerbau yang dimasak dengan aneka bumbu dan disajikan bersama nasi putih atau ketupat dengan Ikan Bakar sebagai tambahan lauknya.
Nikmati makanan ini disekitar jalan DR. Wahidin Sudirohusodo
KAPURUNG
Walaupun bukan asli khas Kota Makassar, aslinya dari Luwu. Makanan ini bisa anda nikmati di Kota Makassar sekitar jalan Rajawali II. Bagi penikmatnya, makan kapurung dianggap memiliki seni tersendiri dan sensasi yang luar biasa. Anda harus mencobanya.
PISANG EPE'
Makanan khas daerah yang terbuat dari pisang kepok yang mengkal, dibakar dan dipipihkan. Pisang Epe' disajikan dengan kuah air gula merah yang biasanya telah dicampur dengan durian atau nangka yang aromanya dapat membangkitkan selera.
BARONGKO
Barongko adalah makanan penutup khas daerah Bugis-Makassar yang dibuat dari buah Pisang Kepok matang yang dikukus dengan daun pisang. Dahulu paada masa pemerintahan kerajaan di Sulawesi Selatan, Barongko merupakan makanan penutup yang mewah, dan hanya disajikan untuk Raja-raja, dan disajikan pada moment-moment tertentu, seperti acara perkawinan, ulang tahun, dan lain. lain. Untuk menambah cita rasa dan selera, bahan dasar Barongko biasanya ditambah dengan irisan buah Nangka atau Kelapa muda.
Masakan khas daerah berupa sop berkuah dengan bahan-bahan dasar yang terdiri dari usus, hati, otak, daging sapi atau kuda, dimasak dengan bumbu sereh, laos, ketumbar, jintan, bawang merah, bawang putih, garam yang sudah dihaluskan, daun salam, jeruk nipis, dan kacang. Pada umumnya Coto Makassar disajikan/dimakan bersama ketupat.
Nikmati makanan ini disekitar jalan Gagak
SOP KONRO
Masakan khas daerah yang disajikan berupa sop berkuah maupun dibakar dengan bahan-bahan dasar seperti tulang rusuk sapi atau kerbau, dimasak/dibakar dengan bumbu ketumbar, jintan, sereh, kaloa, bawang merah, bawang putih, garam, vitsin yang sudah dihaluskan. Sop Konro pada umumnya disajikan/dimakan bersama nasi putih dan sambal.
Nikmati makanan ini disekitar Karebosi dan jalan Ratulangi
SOP SAUDARA
Masakan khas daerah yang berupa sop berkuah dengan bahan-bahan dasar seperti daging sapi/kerbau yang dimasak dengan aneka bumbu dan disajikan bersama nasi putih atau ketupat dengan Ikan Bakar sebagai tambahan lauknya.
Nikmati makanan ini disekitar jalan DR. Wahidin Sudirohusodo
KAPURUNG
Walaupun bukan asli khas Kota Makassar, aslinya dari Luwu. Makanan ini bisa anda nikmati di Kota Makassar sekitar jalan Rajawali II. Bagi penikmatnya, makan kapurung dianggap memiliki seni tersendiri dan sensasi yang luar biasa. Anda harus mencobanya.
PISANG EPE'
Makanan khas daerah yang terbuat dari pisang kepok yang mengkal, dibakar dan dipipihkan. Pisang Epe' disajikan dengan kuah air gula merah yang biasanya telah dicampur dengan durian atau nangka yang aromanya dapat membangkitkan selera.
BARONGKO
Barongko adalah makanan penutup khas daerah Bugis-Makassar yang dibuat dari buah Pisang Kepok matang yang dikukus dengan daun pisang. Dahulu paada masa pemerintahan kerajaan di Sulawesi Selatan, Barongko merupakan makanan penutup yang mewah, dan hanya disajikan untuk Raja-raja, dan disajikan pada moment-moment tertentu, seperti acara perkawinan, ulang tahun, dan lain. lain. Untuk menambah cita rasa dan selera, bahan dasar Barongko biasanya ditambah dengan irisan buah Nangka atau Kelapa muda.
Minggu, 29 Mei 2011
Coto Makassar
Keberadaan Coto Makassar diawal kemunculannya masih menjadi pertanyaan besar, dimana dan sejak kapan coto makassar ini pertama kali di hidangkan. Coto makassar sendiri merupakan hidangan yang tergolong seni ketata bogaan yang sangat tinggi, yang tergolong sebagai makanan rakyat biasa atau umum. Namun coto makassar ini pula sering menjadi hidangan bagi kalangan istana di kerajaan Gowa dahulu.
Coto Makassar diduga pula telah ada sejak Somba Opu (pusat Kerajaan Gowa) berjaya pada tahun 1538 hingga terhidangkan dalam bentuk warung-warung yang ada sekarang dibeberapa pinggiran jalan. Sajian coto makassar diduga terpengaruh pula oleh makanan cina yang telah datang di abad 16, ini terlihat dari sambal yang digunakan yakni sambal tao-co merupakan bagian dari ketata bogaan Cina yang mempengaruhi budaya ketata bogaan Makassar,
Hidangan coto makassar ini, dalam aliran modern digolongkan sebagai hidangan sup. Bila dalam tradisi sejarah masyarakat Eropa yang muncul pada era sebelum revolusi industri di Inggris, sup disandingkan dengan roti sebagai pengganjal perut di malam hari. Maka Coto Makassar juga telah menjadi makanan bagi para pengawal kerajaan untuk mengisi perut di subuh hari sebelum bertugas dipagi harinya.
Coto Makassar pun dianggap hambar bila tak diiringi dengan ketupat atau burasa. Keenakan menikmati coto makassar tak terlepas pula dari tradisi peramuaanya yang secara khusus diolah dalam kuali tanah yang disebut: korong butta atau uring butta dan dengan rampah patang pulo (40 macam rempah) yang terdiri dari kacang, kemiri, cengkeh, pala, foeli, sere yang ditumbuk halus, lengkuas, merica, bawang merah, bawang putih, jintan, ketumbar merah, ketumbar putih, jahe, laos, daun jeruk purut, daun salam, daun kunyit, daun bawang, daun seldri, daun prei, lombok merah, lombok hijau, gula talla, asam, kayu manis, garam, papaya muda untuk melembutkan daging, dan kapur untuk membersihkan jerohan.
Khasnya rasa dari kentalnya coto Makassar dari ramuan rempahnya yang juga berfungsi sebagai penawar zat kolesterol yang terdapat dalam hati, babat, jantung, limpah dsb. Rasa khas inilah yang menurut dugaan bahwak keberadaan soto babat dari Madura, soto Tegal, soto Betawi, terinspirasi dari coto makassar karena dahulu dibawa oleh para pelaut kedaerah tempa tsoto yang lain berada sehingga diduga bahwa coto Makassar itu “lebih tua” dari pada soto di persada Nusantara ini.
Di Makassar, Coto disajikan dengan harga yang beragam. Dari mulai Rp. 3.500,- per mangkuk hingga Rp. 7.000,-, tergantung kelas si pedagang. Beberapa pedagang Coto yang paling terkenal seperti Coto Gagak, Coto Latimojong dan Coto Paraikatte biasanya sudah dipadati pengunjung sejak pagi hari sekitar pukul 7. Warung-warung Coto ini biasanya buka hingga malam. Ada juga beberapa warung yang mengambil spesialisasi buka di malam hari hingga pagi hari tiba, namanya Coto Bagadang (begadang). Waktu yang paling tepat untuk menyantap Coto memang adalah di pagi hari hingga siang hari, atau malam hingga tengah malam. Tapi itu bukan patokan utama, karena Coto sebenarnya bisa disantap kapan saja.
Sejarah Ramang (Legenda sepak bola Makassar)
Pernah ada era dimana tim sepakbola Indonesia ditakuti di Asia, bahkan Eropa. Era dimana kecanggihan teknologi belum menjamah ranah olahraga. Era dimana kemampuan fisik masing-masing pemain lebih berperan dari formasi dan taktik. Di era itu, ada satu nama pesepakbola yang luar biasa. Salah satu bakat terpendam tanah air Indonesia yang kemampuannya diakui dunia. Dia adalah Ramang, pesepakbola asal Makassar yang namanya mengangkasa, dan terlupakan.
Ramang dilahirkan di Makassar, tahun 1928. Ayahnya, Nyo’lo, merupakan Ajudan raja Gowa Djondjong Karaenta Lemamparang yang dikenal sebagai jagoan sepak raga. Sejak kecil Ramang sudah terlihat mewarisi bakat bal-balan ayahnya. Ia kerap berlatih dengan seadanya. Bola anyaman rotan, gulungan kain, hingga buah jeruk kecil menjadi teman berlatihnya.
Pada tahun 1947, Ramang bergabung ke klub sepakbola Makassar Voetball Bond (MVB), yang kini dikenal dengan nama PSM Makassar. Sebelum berlabuh di klub besar tersebut, Ramang membela Persis (Persatuan Sepakbola Induk Sulawesi). Bakatnya tersendus oleh scout dari PSM ketika memperkuat tim tersebut dalam sebuah turnamen yang diadakan oleh PSM. Ramang mencetak 7 gol dalam sebuah pertandingan dan membawa Persis menang 9-0 dalam kompetisi tersebut.
Tanpa menunggu lama, PSM segera mengontrak pemain bertubuh mungil tersebut. Hanya setahun di PSM, Ramang telah melanglang buana ke seluruh penjuru daerah di Indonesia. Ketika ia kembali ke Makassar, seseorang menawarinya pekerjaan sebagai opas di Dinas Pekerjaan Umum. Gajinya hanya Rp.3500,- per bulan dan tidak pernah naik. Namun Ramang menerimanya dengan hati terbuka. Maklum, ketika itu sepakbola belum dapat dijadikan mata pencaharian tetap. Pekerjaan sampingan Ramang sebelum dikontrak PSM adalah kernet dan tukang becak. Namun akhirnya ia meninggalkan dua pekerjaan tersebut, bukan karena gajinya di PSM mencukupi, namun ia lebih mencintai sepakbola. Hal tersebut membuat kehidupan Ramang yang saat itu sudah berkeluarga, sangat memprihatinkan. Keluarganya tinggal menumpang di rumah seorang teman.
Dukungan dari sang istri yang tabah dan setia membuat Ramang dapat fokus bermain bola. Sampai akhirnya bakat luar biasa Ramang membuatnya terpilih memperkuat tim nasional Indonesia (kala itu bernama tim PSSI) pada tahun 1952.
Prestasi Ramang di tingkat nasional amat cemerlang. Dirinya dikenal sebagai striker haus gol yang tak lelah bergerak ke segala arah dengan kecepatan tinggi sambil melepas tendangan dnegan akurasi tinggi. Pada lawatannya tahun 1954 ke berbagai negeri Asia (Filipina, Hongkong, Muangthai, Malaysia) PSSI hampir menyapu seluruh kesebelasan yang dijumpai dengan gol menyolok. Dari 25 gol (dan PSSI hanya kemasukan 6 gol) 19 di antaranya lahir dari kaki Ramang.
Ketajaman Ramang membuat nama Indonesia disegani di tingkat sepakbola dunia. Beberapa tim terbaik dunia kala itu berebutan ingin menjajal kekuatan timnas Indonesia. Mulai dari Yugoslavia yang gawangnya dijaga Beara, salah satu kiper terbaik dunia waktu itu, klub Stade de Reims dengan si kaki emas Raymond Kopa, kesebelasan Rusia dengan kiper top dunia Lev Yashin, klub Locomotive dengan penembak maut Bubukin, sampai Grasshopers dengan Roger Vollentein.
Namun Ramang adalah pribadi yang rendah hati, ia mengatakan bahwa prestasi timnas kala itu tak lepas dari perjuangan rekan-rekannya, bukan dirinya semata.
Ramang adalah pesepakbola dengan bakat alami murni. Sebagai penyerang, ia kerap mencetak gol dari berbagai sudut, bahkan sudut mustahil sekalipun. Permainannya pun sedap dipandang mata. Salah satu kemampuan khusus Ramang adalah tendensi dan presisi untuk melepaskan tembakan salto. Tak jarang ia merobek jala lawan dengan sepakan akrobatik yang aduhai. Satu di antaranya yang paling diingat adalah saat PSSI mengalahkan RRC dengan skor 2-0 di Jakarta. Kedua gol itu lahir dari kaki Ramang, satu di antaranya tembakan salto.
Kelihaian Ramang di lapangan bola membuat seluruh Indonesia mengenalnya. Bahkan pada era akhir 50 an, banyak ibu-ibu menamai anak mereka ‘Ramang’.
Pertandingan paling berkesan adalah ketika Indonesia bertemu Uni-Soviet di Olimpiade Melbourne 1956. Kala itu Uni-Soviet memegang predikat sebagai salah satu raja sepakbola dunia, dengan pertahanan yang digalang kiper legendaris Lev Yashin. Hebatnya, Indonesia berhasil menahan tim tersebut dengan skor kacamata. Ramang bahkan hampir saja mempermalukan Uni-Soviet dengan mencetak gol, namun gagal karena kausnya ditarik pemain belakang lawan sebelum sempat menceploskan bola.
Namun waktu terus berjalan, roda kehidupan terus berputar. Untuk Ramang, singkat saja dirinya berada di puncak kejayaan. Sinarnya meredup setelah dirinya terkena skorsing pada tahun 1960. Pria bersahaja ini dituduh menerima suap. Ketika dipanggil kembali pada tahun 1962, sinarnya telah pudar. Ramang akhirnya pensiun total dari sepakbola pada tahun 1968 dalam usia 40 tahun. Klub terakhir yang dibelanya adalah PSM Makassar.
Namun Ramang tidak meninggalkan lapangan hijau. Ia kembali sebagai pelatih dan sempat membawa tim Persipal Palu menjadi tim yang disegani di Indonesia. Ramang juga pernah melatih klub yang membesarkan namanya, PSM Makassar (sampai sekarang, salah satu julukan PSM Makassar adalah ‘Pasukan Ramang’). Namun ternyata dunia kepelatihan terlalu kejam untuk Ramang. Ia disingkirkan secara perlahan dari dunia itu hanya karena tidak memiliki ijasah kepelatihan. Padahal racikannya yang bermaterikan pengalaman pribadi dan teori yang didapatnya dari pelatih timnas PSSI Tony Pogacnick berhasil membuat jeri lawan-lawan tim yang dilatihnya.
Ramang tetap menerima semua hal itu dengan lapang dada dan legowo. Untungnya lagi, ia tidak sampai harus berhenti menggeluti dunia yang dicintainya karena isu-isu miring tersebut.
RAMANG DI MASA TUANYA
Pada tahun 1981, setelah melatih anak-anak PSM di bawah guyuran hujan, Ramang sakit. Selama enam tahun ia berjuang melawan sakit radang paru-paru yang menggerogotinya tanpa mampu berobat ke Rumah Sakit. Ramang memang hidup amat sederhana pada masa tuanya. karena sekali lagi, gaji seorang pelatih bola kala itu tidak bisa dijadikan penopang seseorang yang telah berkeluarga. Ramang hanya jebolan Sekolah Rakyat, tanpa ijasah, semua jadi sulit.
Pada tahun 1987, salah satu legenda terbesar sepakbola Indonesia ini mengehembuskan nafas terakhir di kediamannya yang amat sederhana. Ia menghuni rumah kecil tersebut bersama anak, menantu dan cucunya, semua berjumlah 19 orang.
PATUNG RAMANG YANG SEDERHANA
Kini, yang cukup menyedihkan, nama Ramang seakan sudah dilupakan. Tenggelam di bawah nama seperti Kurniawan Dwi Yulianto, Bima Sakti, Bambang Pamungkas, dan Irfan Bachdim. Satu-satunya pengingat orang-orang akan keberadaannya hanyalah sebuah patung sederhana di pintu utara lapangan Karebosi, Makassar.
Mari kita kenang kembali keberadaan mereka yang pernah mengangkat nama Indonesia di mata dunia pada suatu era, walaupun hanya lewat sepakbola.
Ramang kecil Kadir kecil..
Menggiring bola di jalanan
Ruli kecil Riki kecil..
Lika liku jebolkan gawang
Kamis, 26 Mei 2011
Arti lambang takalar
Lambang daerah Kabupaten Takalar terdiri dari 7 (tujuh) bagian, yang menggambarkan unsur historis patriotik, sosiologis ekonomis yang kaseluruhannya merupakan bagian mutlak yang tidak terpisahkan dari kesatuan negara Republik Indonesia yaitu :
a. Perisai Segi Lima, melukiskan :
:: Perisai sebagai alat pembelaan untuk mempertahankan diri dari marabahaya.
:: Perisai sebagai alat pembelaan untuk mempertahankan diri dari marabahaya.
b. Mata Rantai, yang terbilang 45 biji, mewujudkan :
:: Ikatan kekeluargaan yang bersendikan persatuan yang kokoh kuat dan kompak dari massa rakyat Daerah Kabupaten Takalar.
:: Terbilang empat puluh lima biji mata rantai melukiskan angka 45, sebagai tahun proklamasi Negara Kesatuan Republik Indonesia yang disambut dengan spontanitas massa rakyat daerah ini dengan memproklamirkan diri sebagai salah satu bagian dari negara Republik Indonesia, terlepas dari ikatan apa yang dinamakan “Negara Indonesia Timur”.
c. Lipan :
:: Dua ekor lipan merupakan lambang dari pada kepahlawanan dan semangat patriotik massa Rakyat Kabupaten Takalar, sebagai alat revolusi yang terkenal dengan nama “Lipan Bajeng” yang bersemboyang : Pantang Mundur Menggigit Apabila Diganggu.
:: Lipan yang menggambarkan beruas 20 (dua puluh) mewujudkan himpunan dari dua puluh kelaskaran yang tergabung dalam satu wadah perjuangan bernama “LAPRIS (Laskar Pemberontak Rakyat Sulawesi Selatan) berpusat di Polombangkeng / Kabupaten Takalar pada masa revolusi fisik.
d. Pohon-Pohonan dan Petak-Petak Sawah :
:: Pohon-pohon dan petak-petak sawah, merupakan perwujudan dari pada lambang kemakmuran dan kesuburan tanah Kabupaten Takalar yang menjamin kebahagiaan tata kehidupan masyarakat.
:: Tujuh batang pohon menggambarkan pengertian historis dari pada pembentukan Kabupaten Takalar, yang bersumber dari tujuh ex swapraja, yaitu Polombangkeng, Galesong, Sanrobone, Takalar, gabungan Laikang Topejawa dan Pulau-Pulau Tanakeke.
:: Delapan petak sawah, melukiskan angka 8 sebagai bulan diproklamirkan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
e. Gelombang Lautan yang dilukiskan bergelombang tiga, menandaskan bahwa masyarakat Takalar, sebagai alat revolusi tidak mengenal statis dalam perjuangan bahkan senantiasa mengikuti sifatnya lautan yang tidak pernah diam dan senantiasa bergelora, sebagaimana peribahasa makassar yang berjudul : “Bombang Tallua Gallurutamattentaya” yang menjiwai kegiatan dan tata kehidupan masyarakat.
f. Semboyan yang dituliskan dengan aksara lontara yang berbunyi “PANRANNUANGKU” berarti harapanku atau amanahku merupakan sugesti bagi Pemerintah Daerah dan segenap aparaturnya untuk senantiasa berbuat dan bertindak sesuai dengan amanat penderitaan rakyat.
g. Nama kabupaten “TAKALAR”
PENJELASAN UMUM :
1. Unsur-unsur historis yang terkandung dalam lambang Daerah Kabupaten Takalar adalah sebagai berikut :
a. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 dinyatakan dengan :
1.1. 7 batang pohon + 3 gelombang laut + 7 huruf nama daerah = tanggal 17
1.2. 8 petak sawah = bulan 8
1.3. 45 biji mata rantai = tahun 45
b. Pembentukan Daerah Tingkat II Takalar pada tanggal : 10 Pebruari 1960 dinyatakan dengan :
1.1. 7 batang pohon + 3 gelombang laut = tanggal 10
1.2. 2 ekor lipang = bulan 2
1.3. 45 biji mata rantai + 8 petak sawah + 7 huruf nama daerah = tahun 60
a. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 dinyatakan dengan :
1.1. 7 batang pohon + 3 gelombang laut + 7 huruf nama daerah = tanggal 17
1.2. 8 petak sawah = bulan 8
1.3. 45 biji mata rantai = tahun 45
2. Komposisi warna yang menjiwai lambang daerah Kabupaten Takalar, diartikan sebagai berikut :
a. Hijau = kerukunan, kesuburan dan kemakmuran
b. Putih = kesucian dan keikhlasan jiwa raga masyarakatnya
c. Merah = keberanian dan kepahlawanan masyarakatnya
d. Kuning = kesetiaan dan keluhuran pengabdian masyarakat
e. Coklat = ciri khas dari pemerintah dan rakyat kabupaten takalar yaitu pimpinan yang beribawa / bijaksana dan rakyat yang patuh / taat
f. Biru = tabah dalam penderitaan ; tabah dalam arena perjuangan ; ulet dalam mengatasi kesulitan.
Langganan:
Postingan (Atom)